Sunday, August 1, 2010

Momen


Momen.

Hidup bagiku adalah suatu momen juga kumpulan momen. Proses momen tak berlangsung lama, ia hanya sekelabat terjadi dan akhirnya menjadi momen yang lama untuk dilupakan. Momen adalah suatu hal yang selalu diingat, maka ia menjadi momen. Momentum yang menciptakan momen. Bahkan televisi pun beramai-ramai menjual momen dalam acaranya 'Momen ini dipersembahkan oleh...'. Momen begitu berharga dan dihargai..



Sederhananya, lihatlah foto.. lihat foto jepretan pinggir kali jakarta, itu momen kemiskinan. Lihat foto senyuman anak Indonesia yang berprestasi dalam olimpiade internasional, klik! foto itu menjadi momen yang mengharukan dan membanggakan. Momen-momen yang berhasil dipigurakan, dan momen itu bercerita kepada kita. Momen itu objektif, bercerita apa adanya saat itu juga. Saat itu juga kita menilainya, kita larut dalam momen.

Kita hidup setiap hari dari momen ke momen. Melihat yang di luar diri, melihat momen-momen orang lain. Di sini, kita bisa mengambil pelajaran.. kita terkadang subyektif melihat momen-momen yang objektif. Momen yang terfoto di luar diri dan akhirnya masuk ke dalam diri akan berada pada arsip pandangan kita. Momen melihat foto kemiskinan, terbesit rasa kekesalan. Melihat momen kebahagiaan terbesitlah rasa nyaman. Ya.. padahal kita tahu, bahwa momen itu hanya pandangan.. belum tentu yang miskin dalam foto itu sekarang masih miskin.. dan belum tentu yang terfoto dalam senyum kebahagiaan sekarang bahagia. Itulah, kita terkadang subyektif dalam menilai momen yang selalu objektif, momen tak pernah berbohong, ia objektif dalam memberitahu.. karena ia adalah kejujuran saat itu juga, yang terekam dalam benak kita. Yang berbohong itu kadang kita, menilai suatu momen di dunia adalah hal yang abadi, padahal kita sudah diajarkan bahwa hidup ini hanya permainan, tapi bukan untuk dipermainkan.. Dari sini, kenapa kita masih membenci seonggok manusia yang sialnya dia, tepat kau lihat saat momen jelek saja? bisa jadi ia sudah baik saat ini.. ya, mungkin kita masih terlalu percaya dengan momen yang objektif saat itu.. akhirnya subjektiflah kita.. dan itulah sulitnya, mengubah momen.

Terpenting.. momen itu sebenarnya berada dalam diri kita. Kita yang membuat setiap momen.. Kita masih saja melihat momen tangisan dan bersedih.. padahal itu hanya momen, berlangsung saat itu saja.. belum tentu besok-besok seperti itu.. namun momen itu telah menjadi momen setiap hari yang telah tersimpan dalam arsip pandangan kita.. untuk kita lihat. Belum tentu momen yang kita tangisi saat ini sedang menangis, bisa jadi lebih bahagia dari kita saat ini. Begitu pula sebaliknya, dengan yang sekarang bahagia, bisa jadi ia telah bunuh diri sekarang.

Momen itu seperti layar bioskop pula. Seperti televisi. Ada di dalam diri kita. Dan kitalah sutradaranya. Kita yang membuat filmnya. Kita yang mengaturnya, sesuka kita mau stop dimana atau langsung mematikan TV-nya. Itulah momen.

Masalah adalah momen. Tak apa-apa.. tinggal dipilih, mau memasukkan momen apa dalam diri kita saat menghadapi masalah? momen seorang koboi bersemangat yang siap berjuang melawan musuhnya? atau seorang pengecut yang selalu ngumpet di pojokan?. Isilah dengan momen pilihan kita, kita tetap sutradara film yang berjudul 'Masalah' ini, hasilnya Ia yang menilai mau diapakan nantinya kita.

Jika kita memahami bahwa hidup ini hanyalah kumpulan momen yang tercipta, dan kita sendiri yang menciptakan momen itu. Maka, sadarlah diri bahwa ini semua fana.. momen itu fana, hanya main-main, seperti roll film yang terus berputar untuk memainkan pola perasaan kita.. ia hanya persepsi yang kita buat sendiri, hasil dari melihat momen dari luar diri kita. Lihatlah nantinya pola-pola hidup, ia ada dalam momen-momen itu.. momen-momen yang objektif dan kau bisa memandangnya dengan objektif maka pola hidupmu akan objektif, objektif menurutmu yang langsung dibina oleh-Nya.. momen-momen yang objektif namun kau pandang masih tetap subjektif maka pola hidupmu akan berantakan.. dan kita kadang bingung kenapa berantakan, padahal setiap hari baca Al-qur'an dan menghafal hadist, Apa Allah membenciku?.

Momen itu, kau lihat sendiri, kau buat sendiri, ya hidup kau buat sendiri dari momen-momen itu. Jika kita sudah tahu tentang esensi momen, pola hidup akan terlihat.. alurnya kemana.. memilih momen dunia yang singkat dan subyektif atau momen abadi akhirat yang objektif dari-Nya?

“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 6416)

“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid: 20)

Depok, 1 Agustus 2010
Muhammad Maula Nurudin Al-haq
~Berkualitas tidaknya momen yang diciptakan dalam diri kita tergantung sehat tidaknya ruh kita.. setinggi apapun momen masalah yang terlihat real di luar sana, momen dalam diri kitalah yang menyelesaikannya..


If you have enjoyed this entry. Please feel free to bookmark it using your favorite social bookmarking site

Post a Comment